Die Tomorrow

bertamasya
3 min readAug 22, 2021

SPOILER ALERT!

Satu lagi film Nawapol yang gue tonton tahun ini, judulnya Die Tomorrow (2017).

IMDb

Film ini bercerita tentang kehidupan orang-orang biasa dalam berbagai cuplikan yang berbeda, yang engga tau kapan ajal menjemput mereka. Tanpa persiapan, tanpa ucapan selamat tinggal, tanpa mengenal waktu, tanpa memilih, tanpa kembali.

Ini bukan film komersial yang biasa ditonton, yang ngikutin struktur teori perfilman pada umumnya. Ini kumpulan cerita orang biasa, 24 jam sebelum mereka meninggal. Alur ceritanya juga lambat, butuh kesabaran lebih buat nonton, dan meresapi narasi film tersebut.

Ada segerombol anak muda yang lagi asik-asiknya main, tiba-tiba besoknya meninggal karena kecelakaan.

Ada juga sepasang kekasih, pacar ceweknya itu udah sakit-sakit-an dan dia udah siap jika dipanggil Tuhan. Namun, nasib berkata lain. Dia survive, pacarnya engga.

Ada juga yang melihat kematian itu sesuatu yang tak terduga. Seperti sudah takdirnya orang ini pergi, sehingga kesempatan orang itu bisa dikasih buat orang, yang mungkin lebih butuh? Lebih worth it? Gak tau juga.

Kenapa gue sedih sampe bercucuran air mata? Karena usia orang ga ada yang tau. Is it going to be too late to say things for your loved ones?

Gue liat film ini mungkin mau nunjukkin seberapa tak terduga kematian itu yang akan dihadapi masing-masing individu. Seperti sesuatu yang memang sudah sewajarnya terjadi. Di sudut kiri atas film ini juga menunjukkan tiap detiknya di Thailand ada 2 orang yang meninggal. Senormal itu.

My take on this film? Membuat gue gak tau harus merasakan apa sampai di menit pertengahan. Tapi abis itu ada seorang kakek yang usianya lebih dari 100 tahun bernarasi tentang berapa lama dia udah hidup sampai anak dan istrinya sudah mendahului dia. Sampai situ, air mata gue makin deras.

Death, is a very common thing, yet it’s somehow very hard to talk about it. Karena, cuma Tuhan yang tahu. Setelah nonton ini gue juga jadi ketakutan. Mixed feelings yang pasti.

I used to be suicidal, I used to feel like I want to end my life because I don’t think this will ever be worth the pain. But I am slowly getting better, although at certain point it came back and haunt me, but not that sever kayak dulu. It was a pretty dark time for me. Terus setelah ketemu psikolog, gue perlahan membaik.

Setelah hampir 4 tahun berlalu, gue lebih banyak bersyukur dan bisa melihat kalo disekeliling gue, hal-hal kecil bisa bikin gue termotivasi untuk tetap menjalani hari.

Terus gue nonton film ini. Dan berpikir. (Kesel banget tiap nonton filmnya Nawapol nih jadi mikir terus hahaha). I cannot say this out loud because I am scared, honestly of what is going to happen tomorrow semenjak nonton film ini. So, those wandering thoughts, I keep it to myself. The uncertainty scares me, but I am always looking forward for another brighter day to come.

Gue masih mau nungguin series favorit, mau wisata kuliner, mau ketemu temen, mau liat langit cerah Jakarta, dan lain sebagainya.

Semoga Tuhan turut melindungi kita semua, to see a bigger and better version of our self.

--

--